Cari Blog Ini



Allah Telah Menjanjikan Kepada Orang-Orang Yang Beriman Dan Mengerjakan Amal Sholeh Untuk Menjadikan Mereka Sebagai Khalifah Di Muka Bumi Ini Sebagaimana Ia Telah Menjadikan Orang-Orang Sebelum Mereka Sebagai Khalifah, Menyebarkan Bagi Mereka Agama Yang Telah DiredhoiNya Untuk Mereka Secara Merata Dan Menggantikan Ketakutan Mereka Dengan Rasa Keamanan (sehingga) Mereka Dapat Menyembah-Ku Dan Tidak MenyekutukanKu. Barangsiapa Engkar Setelah Itu, Merekalah Orang-Orang Yang Fasiq-An-Nur : 56


Wahai Orang-Orang Yang Beriman Barangsiapa Dari Kalian Berpaling (murtad) Dari Agamanya Maka Allah SWT Akan Memunculkan Sekelompok Kaum Yang Dia Cinta Mereka Dan Mereka Juga MencintaiNya -Al-Maidah :54


Ternyata Sekarang Ini Dunia Telah Dipenuhi Dengan Pemimpin Zalim Baik Dari Negara Kafir Mahupun Dalam Negara Muslim Sendiri...


Namun Masanya Sudah Hampir Tiba, Dunia Akan Diwarisi Oleh Hamba-Hamba Tuhan Yang Sholeh. Dia Akan Memenuhi Dunia Dengan Keadilan Setelah Dunia Ini Dipenuhi Dengan Kezaliman Para Pemimpin..




Penyelamat Umat Itu bakal Datang tidak lama lagi...!!!

Selasa, 15 Disember 2009

Perang Mu'tah





















Peperangan Mu'tah ini merupakan peperangan terbesar, padanya berlaku pertempuran yang sengit dan berat, peperangan yang berdarah, yang pernah diharungi oleh tentera Islam khusus semasa hayat Rasulullah saaw. Peristiwa berlaku di bulan Jamadilawal di tahun kelapan Hijrah, bersamaan bulan Ogos atau September tahun 629 Masihi.

Mu'tah adalah sebuah kampung yang terletak di bahagian bawah daerah Balqa' di negeri al-Syam di antara Balqa' dait Baitui Muqaddis, dua marhalah.






Kes terjadinya peperangan ini ialah di mana Rasulullah menghantar utusannya al-Harith bin Umar al-Uzdi dengan sebuah risalah kepada pembesar di daerah Basra, tetapi Syurahbil bin Umar al-Ghassani, Gabenor Bandar Balqa' negeri al-Syam bagi pihak Qaisar Rom telah menangkap al-Harith dan memberkasnya kemudian diserahkannya kepada Qaisar dan Qaisar pula bertindak memancung lehernya.




Pembunuhan mana-mana utusan dan perwakilan merupakan di antara sebesar-besar jenayah, tindakannya menyamai dengan pengisytiharan perang, malah lebih berat lagi dari itu. Tindakan itu suatu perkara yang amat berat bagi Rasulullah saaw, sebaik sahaja berita mengenainya sampai ke pengetahuan Rasulullah, Baginda terus mengerakkan satu pasukan tentera dengan kekuatan seramai tiga ribu orang askar, ianya adalah tentera Islam yang terbanyak, yang belum pernah dikerahkan oleh Rasulullah saaw selain daripada peperangan al-Ahzab.
Pasukan tentera Islam ini dipimpin oleh Zaid bin Harithah, seterusnya Rasulullah berpesan;



Sekiranya Zaid gugur maka Jaafar mengambil tempatnya dan seandainya Jaafar turut gugur syahid, maka Abdullah bin Rawahah pula tampil mengambil teraju kepimpinan tentera Islam, di sini Rasulullah menyerahkan mereka sebuah bendera putih yang diberinya ke tangan Zaid bin al-Harithah.



(beberapa orang Yahudi yang mendengarkan ucapan ini telah mengatakan; "kesemua mereka ini pasti mati, kerana beginilah caranya nabi2 terdahulu mebuat ramalan..")



Rasulullah saaw berpesan lagi supaya mereka melalui kawasan di mana al-Harith bin Amir dibunuh, dan supaya mengajak orang-orang di sana kepada Islam, sekiranya mereka berdegil maka hendaklah setelah memohon pertolongan dari Allah memerangi mereka dengan ungkapan sabdanya yang bermaksud:


Ayuh! dengan Nama Allah seranglah mereka yang kufur dengan Allah,

janganlah kamu khianati atau menyamun, jangan bunuh anak-anak kecil atau

perempuan, atau tua lara, atau orang bertapa di biara, jangan kamu tebang

kurma-kurma atau pokok-pokok dan jangan roboh bangunan-bangunan.


Ketika saat keberangkatan tiba, kaum muslimin mengucapkan salam kepada para pemimpin pasukan. Ketika Abdullah bin Rawahah dilepas bersama para pemimpin pasukan, ia menangis. Para sahabat bertanya kepadanya, ‘Kenapa engkau menangis, wahai Ibnu Rawahah?’ Abdullah bin Rawahah menjawab, ‘Demi Allah, aku menangis bukan kerana cinta dunia atau rindu kalian, namun kerana aku pernah mendengar Rasulullah membaca ayat Al-Qur'an yang mengingatkan tentang Neraka,


‘Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan mendatangi Neraka tersebut; hal ini bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.(Maryam: 71)




Aku tidak tahu bagaimana aku bisa kembali setelah mendatanginya (Neraka). Kaum muslimin berkata, ‘Semoga Allah menemani, melindungi, dan mengembalikan kalian kepada kami dalam keadaan selamat.”




“Kemudian Abdullah bin Rawahah menjawab dengan syairnya;





Dari Rahman ku pohon keampunan

Pukulan pedangku, ketangkasan terbukti

Tanganku menusuk tikaman

Dengan sekali, menembus perut dan hati

Kubu di tanya: "Siapa pahlawan ini?"

Dialah pejuang berani

Mendapat bimbingan Ilahi


“Kemudian pasukan tersebut berangkat dengan dihantar Rasulullah. Kemudian orang ramai keluar bersama-sama Rasulullah untuk memberi ucap selamat jalan kepada mereka, pahlawan-pahlawan Islam yang akan mara ke medan perang yang amat jauh. Baginda berjalan hingga sampai Thaniyat al-Wada' di situ Baginda berhenti dan melambai tangan mengucap selamat jalan.

 



“Pasukan kaum muslimin berjalan dan singgah di Ma’an, daerah di Syam. Di sana, mereka mendapat khabar bahawa Hiraklius tiba di Ma’ab, daerah di Al-Balqa’, dengan membawa seratus ribu tentara Rom dan seratus ribu tentara gabungan dari Lakhm, Judzam, Al-Yaqin, Bahra’, dan Baly dipimpin salah seorang dari Baly kemudian dari Irasyah bernama Malik bin Zafilah. Ketika kaum muslimin mendengar informasi tersebut, mereka menetap di Ma’an dua malam untuk berfikir. Sebahagian dari mereka berkata, ‘Kita kirim surat kepada Rasulullah dan kita jelaskan jumlah musuh, agar beliau mengirim bantuan atau menyuruh kita pulang’.

Abdullah bin Rawahah memberi motivasi kepada mereka dengan berkata,

"Hai kaum muslimin, demi Allah, sesuatu yang kalian takuti pada hakikatnya adalah sesuatu yang kalian minta selama ini, yaitu mati syahid. Kita tidak memerangi musuh dengan jumlah besar pasukan atau kekuatan, namun kita memerangi mereka dengan agama Islam dimana Allah memuliakan kita dengannya. Berangkatlah kalian, nescaya kalian mendapatkan salah satu dari dua kebaikan; kemenangan atau mati syahid’.

Kaum muslimin berkata, ‘Sungguh Abdullah bin Rawahah berkata benar’.




“Kaum muslimin terus berjalan. Ketika tiba di perbatasan Al-Balqa’ tepatnya di desa Masyarif, mereka bertemu pasukan Rom dan pasukan gabungan orang-orang Arab. Kedua belah pihak saling mendekat, namun kaum muslimin pindah ke desa Mu’tah. Di sanalah, kedua belah pihak bertemu. Kaum muslimin bersiap-siap untuk menghadapi musuh dengan menunjuk salah seorang dari Bani Udzrah bernama Quthbah bin Qatadah sebagai pemimpin pasukan sayap kanan dan salah seorang dari kaum Anshar bernama Abayah bin Malik.




“Kedua belah pihak bertemu kemudian saling menyerang. Zaid bin Haritsah bertempur dengan memegang bendera perang Rasulullah hingga gugur kerana terkena tombak musuh kemudian bendera perang diambil alih Ja’far bin Abu Thalib. Ketika perang memuncak, Ja’far bin Abu Thalib turun dari kudanya dan menyembelihnya. Setelah itu, ia menyerang musuh hingga gugur.




Ia berkata,


‘Duhai betapa dekatnya Surga


Sungguh enak Surga itu dan minumannya menyegarkan


Orang-orang Rom telah dekat siksanya


Mereka kafir dan nasabnya jauh


Jika aku bertemu mereka, aku akan menyerang mereka’.



Ibnu Hisyam berkata, ulama yang aku percayai berkata kepadaku bahawa Ja’far bin Abu Thalib memegang bendera perang dengan tangan kanannya hingga putus, kemudian ia pegang bendera perang dengan tangan kirinya hingga putus, kemudian ia dakap bendera perang dengan kedua lengannya hingga gugur dalam usia tiga puluh tiga tahun. Allah SWT memberinya pahala dalam bentuk dua sayap di Syurga dimana ia dapat terbang dengannya ke mana pun ia mahu. Ada yang mengatakan baahwa salah seorang tentara Rom memukulnya hingga badannya terbelah menjadi dua.




“Ketika Ja’far bin Abdullah gugur, Abdullah bin Rawahah mengambil alih bendera perang. Ia maju dengannya dengan mengendarai kuda dan mendorong dirinya terjun ke medan perang, namun agak ragu-ragu, kemudian ia berkata,


Wahai diriku aku bersumpah, engkau harus terjun ke medan perang

Engkau harus terjun ke kancah perang atau aku memaksamu terjun

Manusia telah berkumpul dan mengeraskan teriakan

Namun kenapa kulihat engkau benci kepada Surga?

Sudah sekian lama engkau tenteram

Dan engkau hanyalah setetes air mani di tempat air’.



Abdullah bin Rawahah terus bersyair,


‘Wahai diriku, jika engkau tidak terbunuh, engkau tetap akan mati



Inilah kawalan kematian telah mengenaimu


Apa yang engkau dambakan telah diberikan kepadamu


Jika engkau mengerjakan perbuatan dua orang, engkau mendapat petunjuk’.

“Setelah itu, Abdullah bin Rawahah terjun ke medan perang. Ketika ia turun, ia didatangi saudara sepupunya dengan membawa tulang yang masih ada dagingnya. Saudara sepupunya berkata, “kuatkan badanmu dengan daging ini, kerana kulihat engkau lapar sejak beberapa hari ini’. Abdullah bin Rawahah mengambil daging tersebut dan menggigitnya. Tiba-tiba ia mendengar suara perang dari arah dua belah pihak yang sedang bertempur, ia pun berkata, ‘Engkau (daging) berada di dunia’. Ia buang daging tersebut, mengambil pedang, dan bertempur hingga gugur”.




“Setelah Abdullah bin Rawahah gugur, bendera perang diambil alih Tsabit bin Arqam saudara Bani Al-Ajlan. Ia berkata, ‘Hai kaum muslimin, angkatlah salah seorang dari kalian menjadi pemimpin pasukan’. Kaum muslimin berkata,’Engkau pemimpin perang kami’. Tsabit bin Arqam berkata, ‘Aku tidak bersedia’. Kaum muslimin mengangkat Khalid bin Walid sebagai pemimpin pasukan mereka. Ketika Khalid bin Walid mengambil bendera perang, ia menyerang musuh, kemudian mundur dan pulang bersama kaum muslimin”.





“Ketika para pemimpin pasukan Islam gugur, Rasulullah bersabda, ‘Bendera perang dipegang Zaid bin Haritsah kemudian ia bertempur hingga gugur sebagai syahid, lalu bendera perang diambil alih Ja’far bin Abu Thalib, kemudian ia bertempur hingga gugur sebagai syahid’. Rasulullah diam hingga wajah orang-orang Anshar berubah dan menyangka telah terjadi sesuatu yang tidak mereka sukai pada Abdullah bin Rawahah. Rasulullah bersabda lagi, ‘Kemudian bendera perang diambil alih Abdullah bin Rawahah, lalu ia bertempur hingga gugur sebagai syahid’. Rasulullah bersabda lagi, ‘Dalam mimpiku, aku lihat mereka di Syurga diangkat kepadaku di atas singgasana dari emas. Aku lihat singgasana Abdullah bin Rawahah miring dari singgasana dua sahabatnya. Aku bertanya, ‘Kenapa singgasana Abdullah bin Rawahah miring?’ Dikatakan kepadaku, ‘Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abu Thalib bertempur tanpa ragu, sedang Abdullah bin Rawahah agak ragu-ragu, kemudian ia bertempur’.”


Setelah Khalid bin Walid berhasil mundur, ia pulang ke Madinah bersama pasukan Islam.




“Ketika pasukan Islam mendekati Madinah, mereka disambut Rasulullah, kaum muslimin, dan anak-anak yang berlari-lari. Rasulullah datang ke tempat tersebut dengan mengendarai kuda bersama kaum muslim. Beliau bersabda, ‘Ambillah anak-anak, bawa mereka, dan berikan kepadaku anak Ja’far’. Abdullah bin Ja’far dibawa kepada Rasulullah, kemudian beliau mengambilnya dan membawanya di depan. Kaum muslimin menaburkan tanah di depan pasukan Islam sambil berkata, ‘Hai orang-orang yang lari, kalian lari dari medan jihad fi sabilillah’, Rasulullah bersabda, ‘Mereka tidak melarikan diri, namun mereka lari untuk kembali (mengatur siasat), insya Allah’.”




“Di antara syair-syair duka cita terhadap syuhada Perang Mu’tah adalah syair Hassan bin Tsabit ra. Ia berkata,



Malam yang sulit silih berganti datang kepadaku

Duka lara datang kepadaku jika manusia tidak bisa tidur

Ingat kekasih membuatku mengalirkan air mata dengan deras

Setiap kali aku ingat mereka, aku menangis

Ketahuilah, sesungguhnya kehilangan orang tercinta adalah musibah

Betapa banyak orang diuji, kemudian bersabar

Kulihat orang-orang pilihan kaum Mukminin gugur secara bergantian

Satu orang disusul orang lain

Allah tidak menjauhkan para korban yang meninggal secara bergantian

Di Mu’tah, di antaranya pemilik dua sayap, Ja’far,

Zaid, dan Abdullah yang meninggal secara beruntun

Ketika sebab-sebab kematian datang di suatu pagi

Mereka berjalan dan menuntun kaum Mukminin

Kepada kematian dengan senang hati dan cerah

Ia lebih putih daripada bulan purnama dan berasal dari keturunan Hasyim

Ia pantang menyerah dan pemberani jika menghadapi kezhaliman

Ia menikam hingga jatuh tanpa bantal

Di medan perang karena terkena tombak yang mematikan

Ia pun bersama para syuhada’

Pahalanya adalah Surga dan taman-taman hijau

Kami lihat Ja’far menempati janji Muhammad dan tegas dalam menyuruh

Islam selalu mempunyai pilar-pilar tangguh dari Bani Hasyim

Dan itu akan selalu menjadi kebanggaan

Mereka laksana gunung Islam

Sedang manusia rendah di sekitar mereka

Di antara tokoh-tokoh mereka adalah Ja’far, saudaranya yaitu Ali

Ahmad yang terpilih manjadi nabi

Hamzah, Abbas, dan Aqil

Dengan mereka semua, segala kesulitan di masa-masa sulit menjadi hilang

Jika manusia mendapatkan kesukaran

Mereka adalah wali-wali Allah dimana Allah menurunkan hukumNya kepada mereka.

Dan pada mereka ada kitab yang suci ini.”

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Saudara2ku yang dihormati dan semua yang mengunjungi blog ini, terimakasih saya ucapkan kerana telah sudi meluangkan masa di sini, semoga kehadiran kalian berakhir dengan manafaat. Walau bagaimanapun, saya tetap insan yang lemah, segala kesilapan saya silalah ditegur, dikritik dan dinasihati ..