Cari Blog Ini



Allah Telah Menjanjikan Kepada Orang-Orang Yang Beriman Dan Mengerjakan Amal Sholeh Untuk Menjadikan Mereka Sebagai Khalifah Di Muka Bumi Ini Sebagaimana Ia Telah Menjadikan Orang-Orang Sebelum Mereka Sebagai Khalifah, Menyebarkan Bagi Mereka Agama Yang Telah DiredhoiNya Untuk Mereka Secara Merata Dan Menggantikan Ketakutan Mereka Dengan Rasa Keamanan (sehingga) Mereka Dapat Menyembah-Ku Dan Tidak MenyekutukanKu. Barangsiapa Engkar Setelah Itu, Merekalah Orang-Orang Yang Fasiq-An-Nur : 56


Wahai Orang-Orang Yang Beriman Barangsiapa Dari Kalian Berpaling (murtad) Dari Agamanya Maka Allah SWT Akan Memunculkan Sekelompok Kaum Yang Dia Cinta Mereka Dan Mereka Juga MencintaiNya -Al-Maidah :54


Ternyata Sekarang Ini Dunia Telah Dipenuhi Dengan Pemimpin Zalim Baik Dari Negara Kafir Mahupun Dalam Negara Muslim Sendiri...


Namun Masanya Sudah Hampir Tiba, Dunia Akan Diwarisi Oleh Hamba-Hamba Tuhan Yang Sholeh. Dia Akan Memenuhi Dunia Dengan Keadilan Setelah Dunia Ini Dipenuhi Dengan Kezaliman Para Pemimpin..




Penyelamat Umat Itu bakal Datang tidak lama lagi...!!!

PeNGiKuT NaN SeTia..

Isnin, 28 Disember 2009

Habib Umar bin Hafiz dari Hadramaut...

HIMPUNAN RIBUAN UMAT DI DALAM :
MAJLIS BERSAMA ULAMAK BESAR
DARI HADRAMAUT KE MALAYSIA

AL-ALLAMAH AL-HABIB UMAR BEN HAFIZ AL-HADRAMI

MASJID AL-FALAH USJ9

AHAD , 10 JAN 2010
(23 MUHARRAM 1431)
6PTG - 10 MLM ,
.
DI :
MASJID AL-FALAH , USJ 9 ,
SUBANG JAYA , SELANGOR

.
sebarang info :
013-330 9474 (imam azian)
emel : http://my.mg2.mail.yahoo.com/dc/MasjidalFalahUSJ9@gmail.com

 
.
ANDA ADALAH DIJEMPUT HADIR 
dan; TOLONG SEBAR-SEBARKAN
.
kami mengajak anda sama-sama sebarkan maklumat ini demi kesejahteraan usaha Dakwah Islam melalui saluran2 anda : website, blog, email group, masjid2 , surau2 atau sms anda ..
semoga Allah mengurniakan ganjaran Dakwah Fi Sabilillah dan memberkatinya ... 

jazakumullahu khairan kathiran
http://pondokhabib.wordpress.com/





selanjutnya....                                                                                     


DENGAN KEDATANGAN HABIB UMAR KE MALAYSIA PONDOK HABIB AKAN MEMAPARKAN ARTIKEL2 BERKAITAN BELIAU SEBELUM INI.
Beliau ialah Habib Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abdullah putera dari Abi Bakr putera dari Aidarus putera dari Hussein putera dari Syeikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari Abdullah putera dari Abdul Rahman putera dari Abdullah putera dari Syeikh Abdul Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Dawilah putera dari Ali putera dari Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari Ali putera dari Muhammad Shahib Mirbat putera dari Ali Khali Qasam putera dari Alawi putera dari Muhammad putera dari Alawi putera dari Ubaidillah putera dari Imam al-Muhajir Ahmad putera dari Isa putera dari Muhammad putera dari Ali al-Uraidi putera dari Ja’far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari Ali Zainal Abidin putera dari Hussein sang cucu lelaki, putera dari pasangan Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah az-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w..
Beliau dilahirkan di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu
Bakr bin Salim.
Ayahnya ialah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran Islam dan pengajaran hukum suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua datuk beliau, Habib Salim bin Hafiz dan Habib Hafiz bin Abdullah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi Habib Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.
Beliau telah mampu menghafal al-Quran pada usia yang sangat muda dan ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadis, bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin Alawi bin Shihab dan Syeikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da’wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan zikir.

Namun secara tragis, ketika Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk solat Jumaat, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahawa tanggungjawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang dakwah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum beliau mati syahid.
Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, dia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk majlis-majlis dan dakwah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal al-Quran dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.
Dia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.
Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan ahli dari yang mulia Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama mazhab Syafie, Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya dia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Dia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang dakwah.
Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usaha beliau yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan serban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w..
Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam perjuangan dakwah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta’iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.
Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari Habib Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan RasulNya s.a.w. dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni Habib Ahmad Mashur al-Haddad dan Habib Attas al-Habshi.
Sejak itulah nama Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikeranakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopularan dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan.


Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.


Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman.

Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan.


Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Dar-al-Mustafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis.

Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad ke-15 setelah hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka.Habib Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana beliau mengawasi perkembangan di Dar al-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif dalam penyebaran Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya.



Untuk bacaan selanjutnya, sila lah kalian berkunjung ke Pondok Habib. Semoga bermanafaat..

Jumaat, 25 Disember 2009

Lima Tahun Setelah Tsunami..

Sabtu Disember 19, 2009

Acheh

Oleh BILL TARRANT. Susunan NORUTUL ILHAM








Keadaan selepas dan sebelum kejadian Tsunami di Acheh



SEKALI pandang, kapal itu kelihatan seolah-olah merupakan sebahagian daripada bangunan yang memang ada di persikataran kampung di pinggir Banda Aceh walhal ia terdampar di situ berbatu-batu jauhnya dari kawasan pantai ekoran gempa bumi dahysat yang mencetuskan bencana tsunami paling buruk berlaku dalam pada zaman ini.

Beberapa pelancong kelihatan berlegar di sekitar kapal PLTD Apung I seberat 2,600 tan itu sambil mendengar penerangan daripada pemandu tempatan tentang bencana yang berlaku pada pagi Ahad 26 Disember 2004, apabila bumi bergegar selama hampir 10 minit.

Dalam kekalutan suasana dengan orang ramai lari bertempiran meninggalkan rumah mereka, ombak tinggi menggunung melepasi pokok kelapa yang mara sama pantas dengan kelajuan jet pejuang, menghancurkan kehidupan penduduk di penjuru barat pulau Sumatera ini dan kawasan sekitar Lautan Hindi, mengorbankan sekurang-kurangnya 226,000 nyawa.

Bekas Setiausaha Negara Amerika Syarikat, Colin Powell yang meninjau kawasan persekitara Banda Aceh dari udara pada Januari 2005, mengibaratkan bandar raya itu "seolah-olah dilanda serangan senjata nuklear. Hancur musnah segala-galanya".Sesungguhnya gempa berukuran 9.15 pada Skala Ritcher, iaitu yang kedua paling hebat pernah dicatatkan, adalah 1,500 kali lebih kuat jika dibandingkan dengan ledakan bom atom di Hiroshima.

Kali pertama penulis menjejakkan kaki di sini empat tahun lalu, kapal PLTD Apung I yang terdampar di situ itu kelihatan janggal di tengah-tengah kehancuran dan kemusnahan yang saujana mata memandang. Mangsa-mangsa yang selamat kelihatan berlonggok di dalam khemah-khemah yang diuruskan oleh badan-badan amal.

Sekarang, pemandangan dari bahagian atas dek kapal itu menunjukkan persekitaran baru yang tersusun rapi, dibina hasil bantuan kira-kira US$6.7 bilion yang mengalir masuk ke Aceh. Kanak-kanak bermain riang di atas buaian di Taman Pendidikan Tsunami yang terletak bersebelahan tapak kapal itu.

"Secara keseluruhannya, saya berpendapat kita berjaya membina semula tempat ini dengan lebih baik, dan saya rasa penduduk di sini lebih bersedia untuk menghadapi masa depan yang baik," kata bekas Presiden AS, Bill Clinton selaku wakil khas Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu untuk usaha pemulihan bencana tsunami ketika ditemubual di New York.

Sebuah muzium tsunami baru berbentuk sebuah kapal bernilai AS$7.2 juta akan dibuka pada minggu ini tidak berapa jauh dari tapak kapal PLTD Apung I.

Semua kesan saki-baki bencana gempa bumi mahupun tsunami tidak langsung kelihatan.

Dari segi luaran, memang jelas pembinaan semula Aceh tampak lebih baik, tetapi apa yang dilihat bukanlah keadaan sebenar.

Salawati adalah salah seorang mangsa terselamat yang kini memulakan kehidupan baru. Keadaannya boleh dikatakan lebih baik berbanding dahulu. Ketika wartawan Reuters pertama kali menemuinya beberapa hari selepas tsunami melanda, dia dan sanak-saudaranya tinggal di khemah-khemah yang dipacak di atas tapak rumah mereka yang musnah. Dua daripada tiga anaknya korban dalam bencana itu.

Anak lelaki tunggalnya yang masih hidup sering dihantui mimpi ngeri saban malam bahawa satu lagi gelombang besar akan melanda dan menghapuskan seluruh ahli keluarganya. Mujurlah igauan itu semakin berkurangan.

Program penempatan manusia PBB membina semula rumah-rumah mangsa. Agensi binaan Indonesia (BRR) membawa Salawati ke Jakarta untuk mengikuti latihan dalam industri makanan. Sekarang dia menghasilkan produk serunding ikan yang sangat digemari di sini.

"Serunding saya nombor satu di Aceh,'' katanya sambil menunjukkan sijil sebagai bukti. "Saya bercita-cita untuk mengeksport ke seluruh Indonesia dan luar negara."

Pun begitu, dia tidak begitu ghairah tentang rumahnya. Berukuran 36 meter persegi, rumah itu lebih kecil daripada rumahnya yang asal. Sebuah lagi rumah yang dibina di perkarangan rumahnya nampak goyah dan sebab itu salah seorang saudaranya yang sepatutnya enggan berpindah dan menyewa di tempat lain.

Perasaan ini dikongsi bersama oleh kebanyakan penduduk Aceh. Semua orang berasa kagum melihat jalan raya-jalan raya, pejabat-pejabat, sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang baru dibina. Begitupun, tidak ramai yang suka dengan rumah-rumah mereka walaupun ia kelihatan cantik.

Maimun, yang tinggal di sebuah rumah dibina oleh sebuah badan amal tidak jauh dari tapak kapal PLTD Apung I memberikan penjelasannya. "Rumah saya boleh tahan, tetapi jika saya sendiri yang bina ia mungkin lebih baik daripada ini."

Kuntoro Mangkusubroto, ketua BRR yang menyelia usaha-usaha pemulihan Aceh bersetuju dengan sentimen itu. Beliau yang sangat dihormati dan dianggap sebagai "raja" pembaharuan di Pejabat Presiden Indonesia berkata, sekiranya berpeluang melakukannya semula, beliau akan meminta penduduk Aceh membantu membina rumah-rumah mereka sendiri.

"Apabila mereka tinggal di berek (tempat tinggal sementara), mereka dapat bantuan makanan, susu dan ubat secara percuma... tetapi bila mereka mendapat rumah, mereka bertanya 'kenapa saya harus bayar bil elektrik dan air'," katanya.

Pihak kerajaan mengambil pendekatan itu selepas gempa bumi yang dahsyat melanda Yogyakarta pada 2006. Penduduk yang kehilangan rumah dan harta benda diberi bantuan secara langsung serta maklumat mengenai piawaian yang dipatuhi untuk membina semula rumah mereka. Hasil kajian dijalankan mendapati ramai yang berpuas hati dengan cara itu walaupun mutu bangunan itu diragui.

Pasukan Palang Mereka Turki membina ratusan rumah yang kemas dan tersusun, lengkap dengan taman bunga kecil yang indah di bandar persisiran Lampuuk, di mana gelombang tsunami melanda paling jauh di pedalaman sehingga 7 kilometer dari pantai. Di lereng-lereng bukit yang curam terdapat tanda ombak setinggi 10 meter.

Bill Clinton dan bekas Presiden George H.W. Bush melawat bandar ini untuk membantu mengutip derma untuk pembangunan semula Lampuuk, di mana satu-satunya bangunan yang terselamat ialah Masjid Baiturrahim yang berusia 125 tahun.Pada hari ini, satu barisan lori sampah bergerak melalui jalan utama bandar ini yang diberi nama baru "Jalan Bill Clinton/George Bush", mengangkut bahan-bahan binaan untuk membina jalan-jalan baru di bandar itu yang mempunyai pejabat-pejabat baru, sebuah sekolah, klinik, kedai runcit dan kedai cenderamata.

Rumah-rumah di situ mempunyai tandas dan bekalan air paip. Masjid Baiturrahim sudahpun dibaik pulih dengan indah. Penduduknya kelihatan lebih makmur berbanding mereka yang tinggal di lain-lain tempat yang penulis kunjungi di Indonesia.

Walaupun sampah sarap dan kesan-kesan runtuhan sudah dibersihkan, kehancuran emosi masih kekal bagi sebilangan penduduk. Di sebuah kedai kopi tepi jalan, sekumpulan pemuda kelihatan kehilangan punca. Boleh dikatakan semuanya tidak mempunyai pekerjaan dan masih bujang.

Bencana tsunami telah mengorbankan lebih banyak bilangan wanita kerana tidak ramai yang tahu berenang, kalau ada pun sibuk memimpin tangan anak-anak mereka ketika melarikan diri daripada ombak yang melanda.

"No job. No women, no cry (Tiada pekerjaan. Tiada isteri/teman wanita, tiada tangisan)," kata Andi Rahman, 30. "Anda tahukan lagu nyanyi Bob Marley itu? Kumpulan-kumpulan pembantu bina rumah-rumah, dan kerajaan memberikan latihan pekerjaan, tetapi tiada siapa yang datang membawa teman wanita untuk membantu kami," katanya sambil tersenyum. -

REUTERS


Kota Kuala Muda

Tsunami ubah kehidupan
Oleh OPAT RATTANACHOT

Rabu, 23 Disember 2009

Syahidnya Abu Bashir ra...



















 Ketika jema'ah telah dibentuk dan siap untuk dikeluarkan, seorang kanak-kanak berlari-lari mengejar ayahnya. Sambil menangis tersedu-sedu dia memeluk kaki sang ayah lalu berkata, "Ayah... ibu sakit, ayah... ibu sakit..."  

Sang ayah hanya dapat memandang anaknya dan dengan sedikit pujukan dia telah meninggalkan anaknya. "Saya harus tetap keluar.." tekadnya dan menyambung, "kerana ini adalah perintah Allah dan RasulNya".


Telah menjadi kehendak Allah SWT semua yang hidup akan mati. Tidak ada satu kuasa makhlukpun yang akan dapat menyelamatkan, memuliakan, menghinakan, menyihatkan atau mematikan seseorang kecuali dengan izin Allah SWT. Ibu dari sang anak dan isteri dari sahabat tersebut meninggal dunia. Sementara dia berada jauh dari mereka.


Masa berlalu....


Terdengar berita jema'ah para sahabat yang dikirim Rasulullah saaw sampai ke Madinah Al Munawarah. Berkejaranlah kanak-kanak dan keluarga mereka untuk menyambut suami, ayah, abang, keluarga mereka. Tak ketinggalan kanak-kanak tersebut telah berada diantara kawan-kawannya turut berlari berkejaran menyambut kedatangan ayahnya. Dengan gagah dia duduk bersama ayahnya memasuki Madinah menuju Masjid Nabi. Duduk dipangkuan sang ayah menjumpai Rasulullah saaw untuk memberikan laporan. Seakan tak mahu berpisah lagi dengan satu-satunya tempat dia bermanja sekarang, ayahnya.


Rasulullah saaw mendengar semua laporan dan kemudian Beliau memutuskan supaya sebahagian dari mereka keluar lagi termasuk Abu Bashir. "Ya Rasulullah, apakah engkau telah mendengar bahawa anak ini baru saja kematian ibunya?" tanya Abu Bashir ra. 

"Pergilah engkau, semua keluarga di Madinah ini adalah keluarganya," jawab Rasulullah.


Maka berangkatlah Abu Bashir ra meninggalkan sang anak dengan keyakinan bahawa Allah SWT Maha Pemelihara. Meninggalkan seorang anak yang seharusnya bermanja, bermain dengan riang dan berada dalam kehangatan kasih sayang orang tua. Si anak secara bergilir berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain, dengan rindu dan sedih menanti pulangnya sang ayah. Setiap hari selepas maghrib dia keluar dan memandang langit yang terbentang luas dengan bulan yang termenung sediri.


"Wahai bulan sesunguhnya kita sama. Aku sendirian di atas bumi ini dan engkau sendirian di langit sana," ucap sang anak lirih"...


Masa berlalu...


Kepulan debu naik ke udara, suara derap lari kuda memenuhi angkasa. Satu demi satu wajah penunggangnya dilihat, dicarinya, "Dimanakah ayah?" Ah... mungkin terlalu cepat kuda bergerak. Anak itu berlari memasuki masjid meninggalkan rakan-rakan sebaya yang telah berjumpa dengan ayah mereka. Dia berdiri di hadapan berharap berjumpa ayah yang tercinta. Rasulullah saaw meraihnya, mendudukkannya di pangkuan Beliau sambil mendengar laporan dari sahabat-sahabatnya yang baru pulang. Kaum Muslimin telah memperoleh kemenangan dari Allah SWT.

"Ya Rasulullah, sesungguhnya Abu Bashir, ayah anak itu telah syahid..."

Suasana pun berubah menjadi pilu ketika anak tersebut mulai menangis, Rasulullah menghiburnya,

"Wahai ghulam... Apakah engkau tidak suka apabila aku menjadi ayahmu, 'Aisyah menjadi ibumu dan Fathimah menjadi kakak mu...?" .....




Maha Suci Allah SWT....!

Selasa, 22 Disember 2009

Semangat Jihad dari Abdullah bin Rawahah ra..














Dengan Nama Allah SWT yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasihani,


Salam buat Saudara2ku yang dimuliakan,



Merujuk kepada artikel Perang Mu'tah yang telah saya terbitkan di sini ada beberapa perkara yang sangat menarik dan harus kita renung2kan dan fikir2kan. Salah satunya akan saya terbitkan dalam artikel kali ini yang mengajak saudara2 tumpukan pada sebuah ungkapan kata2 yang sebenarnya sangat bernilai buat kita yang mengaku Muslim yang yakin dengan janji2 Allah SWT.. Kata2 ini adalah merupakan Hembusan semangat jihad dari seorang pemimpin perang yang berjaya meresap masuk ke dada2 para pejuang Islam di saat itu. Tidak ada kurangnya dengan semangat jihad yang pernah diucapkan oleh para sahabat yang lain sebagaimana yang telah saya terbitkan didalam artikel2 saya ini;

Semangat Jihad dari Abu Bakar ra

Semangat Jihad dari Utsman bin Affan ra

Semangat Jihad dari Ali bin Abi Thalib ra

termasuk juga yang dihembuskan oleh mereka yang belum akhil baliq lagi;

Semangat Jihad dari kanak-kanak- Rafiq dan Samurah..




Lapan tahun setelah hijrah, Rasulullah saaw mengirim pasukan ke Mu'tah untuk menghadapi pasukan Rom, pada bulan Jamadil Awal. Jumlah mereka 3,000 orang dan Zaid bin Haritsah ra telah dilantik menjadi pemimpin pasukan.




Di kota Ma'an pasukan muslimin mendengar bahawa Heraklius membawa pasukan Rom yang sangat besar jumlahnya sudah sampai di negeri Syam di kota Ma'ab, di daerah Balqa. Jumlah mereka sebanyak 100,000 orang.



Ketika kaum muslimin mendengar berita ini, maka mereka tinggal di kota tersebut selama dua malam untuk memperhitungkan segala sesuatunya. Sebahagian dari mereka mengusulkan agar mereka mengirim surat kepada Rasulullah saaw untuk memberitahu jumlah pasukan musuh, atau supaya beliau membantu mereka dengan mengirimkan pasukan tambahan, atau agar beliau memberi petunjuk lain yang dapat mereka laksanakan.



Pada kesempatan inilah Abdullah bin Rawahah ra memberikan semangat juang dengan berkata, "Wahai kaumku, demi Allah, sesungguhnya apa yang tidak kalian sukai adalah apa yang kalian cari, yakni syahid. Untuk itulah kalian beradadi sini. Dasar perjuangan kita bukan terletak pada besarnya kekuatan atau banyaknya pasukan. Kita memerangi mereka atas dasar agama yang dengannya Allah SWT akan memberikan kemuliaan kepada kita. Oleh kerana itu jangan ragu-ragu lagi! Berangkatlah! Kita pasti akan mendapatkan satu dari dua kejayaan, kemenangan melawan musuh atau mati syahid di jalan Allah!!"




Mendengarkan hal itu, maka orang ramai berkata, "Demi Allah, Abdullah bin Rawahah berkata benar!"



Kemudian orang ramai bergerak maju dari tempat itu. Dalam serangan terhadap musuh, sayap kanan pasukan Islam dipimpin oleh Qutbah bin Qatadah ra dari Bani Udzrah, sedangkan sayap kiri pasukan Islam dipimpin oleh Abayah bin Malik ra, seorang sahabat Anshar.



Selanjutnya pasukan muslimin berhadapan dengan pasukan Rom di daerah Balqa dan pertempuran pun meletus ketika keduanya bertemu di Mu'tah. Di sanalah perang Mu'tah berlangsung, satu perang besar yang terjadi pada masa hayat Rasulullah saaw...



Hadis Riwayat Ibnu Ishaq dalam kitabnya al Bidayah jilid IV hal 241 dengan sedikit suntingan..




Maha Suci Allah SWT...!!

Jumaat, 18 Disember 2009

Hijrah Nabi Allah Musa as.. Perutusan Khas Ma'al Hijrah...



















Salaamun Alaikum,



Saudara2ku yang dirahmati Allah SWT,


Setiap Para Nabi dan Rasul punya kisah Penghijrahan mereka masing2. Penghijrahan itu sendiri merupakan kewajiban buat penyeru agama Allah dan juga buat diri orang2 yang beriman. Penghijrahan itu bermaksud merubah kehidupan dan jiwa kita dari hal2 yang buruk kepada hal2 yang baik. Perbuatan, pemikiran dan amal2 yang tidak disukai Allah kepada yang di redhoiNya.


Hijrahnya Nabi Musa as. adalah; Dari kehidupan yang senang dan bermewah2 kepada kehidupan yang susah dan penuh cabaran. Dari hidup dalam lingkungan orang2 yang tunduk patuh pada sesama makhluk kepada hidup dalam lingkungan orang2 yang tunduk patuh pada Allah SWT semata-mata. Dari kehidupan yang terhormat kepada kehidupan orang awam.


Begitulah kehendak Allah SWT Yang Maha Bijaksana.


Hari ini, umat Islam, samada mahu atau tidak mahu, wajib atas diri masing2 berhijrah dari mencintai kehidupan dunia yang fana ini kepada mencintai kehidupan Alam Akhirat yang kekal abadi. Dari tunduk patuh pada undang-undang ciptaan manusia kepada tunduk patuh pada undang-undang Allah SWT. Dari mencintai adat budaya bangsa sendiri atau bangsa2 yang dia sukai kepada mencintai sunnah Rasulullah saaw.


Kewajiban ini tertanggung atas setiap mereka yang mengaku beriman! Jika tidak, engkau pasti akan menyesal di alam akhirat. Siapa yang tidak mahu berhijrah, tidak akan mendapat syafa'at dari Rasulullah saaw di hari 'Penghisaban'  yang tiada penolong selain pertolongan yang Allah SWT izinkan atas kekasihnya Muhammad saaw.






Maha Suci Allah SWT....!